UDAH
PUTUSIN AJA!
Oleh
Diah Ayu Hidayah
Namanya
Dinar. Gadis belia yang umurnya baru menginjak 18 tahun. Matanya yang sayu
dipolesi wajah bulat dan bibir tipis warna merah jambu membuat ia semakin
terlihat cantik. Prestasi yang gumilang pun tak segan-segan ia raih tiap
tahunnya. Namun kali ini kesedihan tak mampu membendung butiran butiran bening
yang mengalir dari matanya.
4 agustus 2014, ia mendapati kekasihnya Amar mengirimkan sebuah pesan
singkat lewat handphone.
Assalamualaikum Dik,maafkan kakak sebelumnya. Sepertinya
hubungan yang penuh dosa ini harus kita akhiri. Kakak takut dengan azab Allah,
pun kakak juga ingin menjaga kehormatan adik Dinar. Kakak tau ini berat bagi
Dinar,tapi kita juga harus belajar. Percayalah kalau kita jodoh, kakak pasti
akan bertamu ke rumah adik.
Sementara
Dinar yang masih awam tentang agama hanya bisa protes dan marah. Ia belum siap
jika harus terjadi sekarang. Dibentangkannya selimut lusuh di kamarnya. Ia
pejamkan mata erat-erat sambil tangannya memukul mukul bantal. Baginya berat
sekali melepaskan sosok Kak Amar. Sosok yang sangat sempurna dimata Dinar.
Berawal dari MOS pertemuan keduanya dimulai. Ya. Kak Amar adalah ketua OSIS di
SMA. Sangat berwibawa dan disegani di sekolah.
“Kak, kalo mau daftar English Club sama siapa ya?”
tanya Dinar polos saat belum mengenal Kak Amar.Dinar yang mahir berbahasa
Inggris saat MOS usai ia langsung mendaftarkan dirinya di eskul English Club.
“Oh sama
Kakak juga bisa Dik, kebetulan Kakak ketua EC juga. ”
Jabatan sebagai ketua EC membuat Dinar semakin
terkagum-kagum dengan Kak Amar. Hatinya berdecak kagum saat mendengar bahwa Kak
Amar juga merupakan anggota aktif di pramuka. Ketertarikannya muncul saat itu
juga.
“Perkenalkan Kak, saya Dinar anak X.7. Saya mau daftar jadi member EC” tuturnya sambil sesekali
menatap Kak Amar
yang hitam manis dan sedikit sipit itu.
“Bentar
ya Dik, kakak lagi sibuk nih, Dinar hubungi aja no. Kakak ya ?”
“Okee Kak!”
Dinar benar-benar tak habis pikir bisa mendapatkan
no. Kak Amar. Idola barunya itu. Dibaliknya tubuh mungilnya ke arah kelas
dengan perasaan yang sedang berbunga-bunga. Sampai semua teman yang lewat ia
sunggingkan senyumannya.
Tak biasanya Dinar tersenyum semerekah itu, ia dikenal sebagai gadis yang judes
sejak SMP. Hingga mendapat julukan Mis Judes saat masih duduk dibangku SMP.
****
“ Assalamualaikum Kak, I’m Dinar Kusuma Ningsih,I want to be the member of English Club.hihihi.”
Dinar mengetik pesan singkat untuk Kak Amar dengan gaya bahasa inggris.
Entahlah , ia terlalu percaya diri melakuannya. Meski kadang banyak sekali kosa
kata yang salah.
“Iya Dik, mulai hari selasa depan
setelah pulang sekolah datang aja ke kelas XII IPA 2. Nanti dibimbing sama Mis
Ani” balas kak Amar
Sejak percakapan singkat itu Kak Amar sering
menghubungi Dinar. Semakin hari perhatiannya semakin ditumpahkan untuk Dinar.
Tak kalah girangnya, Dinar semakin hari pun semakin berselimut kebahagian dengan
kehadiran sosok kak Amar dalam hidupnya. Baginya ini adalah suatu penghargaan
tertinggi. Hingga sampai pada suatu waktu Kak Amar memberanikan diri untuk
mengungkapkan rasa sukanya terhadap Dinar. Ia coba memecah kegelisahan yang
singgah sejak berkenalan dengan Dinar.
“ Dik, kakak merasa tertarik dengan Dinar. Maukah
Dinar menjadi pacar kakak?” ungkap kak Amar di sudut sekolah ketika
pulang eskul. Keringat dingin seketika menusuk nusuk pori-porinya dan menyembul
begitu derasnya. Tangan kak Amar bergemetaran menunggu jawaban Dinar yang
menyuguhkan wajah penolakan.
“Ya Kak, Dinar mau.” jawab Dinar. Meskipun singkat
namun jawaban tersebut mampu menggoyahkan keimanan kak Amar. Pohon akasia
,bunga mawar dan debu-debu semakin kencang meliuk-liukkan gerakannya, seolah
bertepuk tangan atas keberhasilan kak Amar menggondol hati Dinar. “Dinaaaaaarrr
I love youuuu!” teriak Kak Amar penuh kegirangan.
Semenjak
itu hubungan mereka sangat lengket. Bahkan karena Kak Amar adalah seorang ketua
OSIS ,tak heran jika satu sekolahan mengetahui hubungan mereka. Tak jarang
banyak dari mereka yang iri,terutama kakak kakak kelas yang sebelumnya juga
mengagumi Kak Amar. Bak menjadi seorang putri di sekolah. Bagaimana tidak? Kak
Amar, sangat terkenal di sekolahnya. Sudah cerdas dan tampan pula. Setiap hari
mereka selalu berdua, berangkat atau pun
pulang sekolah. Dunia serasa milik mereka berdua dan yang lainnya ngontrak.
“Dinar Kusuma Ningsih?” “Ya
Bu.” “Kenapa
nilaimu turun drastis seperti ini?? Apa kamu mengikuti banyak kegiatan?” tanya
Bu Yuni, guru kimia di sekolahnya.
“Saya akan memperbaikinya lagi Bu.” Jawab Dinar sedikit menunduk. “Aku
curiga! Apa mungkin semua ini karena Kak Amar?” gumamnya dalam hati. Memang ,
semenjak berpacaran dengan Kak Amar tak sedikit waktu yang ia tinggalkan untuk
belajar. Perasaan was-was tiba-tiba menyapanya. Ia takut sekali tidak bisa
mempertahanka tinta emas yang ia torehkan di sekolahnya. Sementara ujian akhir
semester tinggal menghitung hari.
“ Dik, senin depan kakak Ujian Nasional. Mohon
doanya semoga lancar. Dan kakak kira kita kurangi dulu komunikasi kita.” Pinta
Kak Amar sambil membonceng Dinar menuju pulang. Dengan hati-hati Kak Amar
melaju, dibarengi dengan gumpalan awan hitam yang terus mengikutinya.
“Iya Kak, Dinar juga mau belajar untuk ulangan
besok.”
Seminggu
setelah ujian selesai, kabar Kak Amar pun tak kunjung datang atau hanya sekedar
mengirim pesan singkat . Hal itu membuat kekhawatiran Dinar semakin
membuncah.Ditambah dengan kabar dari rekannya bahwa Kak Amar akan melanjutkan
kuliahnya di Universitas Lampung.
“Ya Tuhan..! berat sekali!” keluhnya sambil
menyandarkan bahunya ke dinding kelas. Kau bisa membayangkan bagaimana hidup di
kota. Pasti banyak sekali perempuan yang lebih cantik,lebih cerdas dan lebih
menarik. Juga dengan pergaulannya yang begitu bebas. Jika tidak bisa menjaga
diri maka terbawalah kita ke arus yang akan menenggelamnkan dan mematikan.
April,2013
seluruh kelas XII sudah sunnah hukumnya untuk sekolah. Meskipun ada beberapa
siswa yang mengunjungi sekolahan itu jika ada kepentingan semata. Rintihan
rindu yang begitu dalam terus keluar dari dalam diri Dinar. Ia coba menghubungi
Kak Amar. Yah ! hasilnya nothing!Setiap
kali Dinar mengirimkan sebuah pesan singkat Kak Amar hanya menjawab dingin.
Bahkan seringkali ia mengatakan sedang sibuk dengan pekerjaan barunya bersama
teman-temannya.
“ Tuhan...bagaimana aku tidak khawatir sementara dia
bekerja dengan teman-teman yang begitu cantik. Apalagi Nefi. Dia adalah kekasih
Kak Amar sebelumku.” Grutu Dinar sambil menggigit-gigit bibirnya.
“Sudahlah Din, fokus saja dengan belajarmu. Percaya
deh! Kalaupun nanti Kak Amar kuliah di UNILA pasti dia bisa jaga diri. Jadi
mendingan fokusin aja tuh ,katanya mau ikut seleksi pengurus ROHIS?” kata Ita
menasehati.
“Baiklah Beb, bantu temenmu ini ya?hehe”
**** Mei,2013. Kak Amar memberi sebuah
kabar mengejutkan. Ya. Dia diterima di UNILA di jurusan pertanian. Ia
kabarkan kabar bahagia itu ke seluruh teman dan keluarganya. Helai-helai yang
terbengkalai menghiasi wajah Dinar saat mendengar kabar tersebut. Ia menangis
dibawah kaki langit yang sebentar lagi gelap.Hatinya tercabik-cabik tak karuan.
Tak rela harus berpisah sejauh itu.
“Dik,kenapa nampaknya tidak suka kakak diterima
disini?”
“Kok
ndak dibalas?Adik marah?” Kak Amar mengirimkan pesan untuk Dinar. Namun tak
satupun dibalas olehnya. Lalu ia mencoba mengubunginya lagi.
“Dik, apakah Dinar ndak percaya dengan Kak Amar? Apa
adik ndak percaya kalau Kak Amar bisa jaga diri dan jaga hati disini
,percayalah Dik, untuk apa kakak disini hanya main-main?” Kak Amar memaparkan.
“Dinar percaya Kak, tapi juga tidak
bisa menjamin sepenuhnya. Maafkan aku.”
Mungkin
inilah percikan kehidupan. Ada pertemuan juga ada perpisahan. Agar kita bisa
belajar bagaimana mengenang sebuah kebersamaan. Sangat tersiksa ketika kita
tidak bisa melepaskan seseorang dengan ikhlas. Bagai luka koyak yang menganga
yang merangkai bait-bait pilu. Semenjak itu, mereka jarang sekali
berkomunikasi. Kak Amar yang sibuk dengan kuliahnya dan Dinar yang dikelilingi
sejumput tugas yang melelahkan hingga lupa untuk saling memberi kabar.
Agustus
2013.
Dinar harus menerima keputusan yang tiba-tiba Kak Amar sampaikan di telfon.
Rinai hujan saat itu menemani kedua insan yang sedang memapah kegalauan. Dengan
sedikit menyapu debu-debu kegersangan jiwa. Sore itu seakan batu besar
menghantam tubuh Dinar. Air matanya tak henti-hentinya mengalir. Digenggamnya
handphone tuanya itu laju menghapus foto-foto Kak Amar. Kak Amar barusaja
memutuskan hubungan mereka. Karena ia takut tidak bisa menjaga kehormatan Dinar
sebagai seorang wanita. Kak Amar menjelaskan alasan-alasan yang logis saat
Dinar memprotes dan memarahinya. Ternyata selama kuliah di UNILA Kak Amar masuk di salah satu organisasi
keislaman. Sejak bergabung dengan organisasi tersebut,terlihat sekali perbedaan
Kak Amar. Yang dulunya selalu menggengggam jari-jemari Dinar saat bertemu, kini
untuk sekedar berjabat tangan dengan perempuan saja ia menolak. Yang dulunya
seringsekali bercanda dengan teman perempuannya kini berubah menjadi lebih
berhati-hati dalam berbicara.
“Dik,Allah sayang sekali
dengan kita. Allah tidak mau melihat kita terus menerus terjun ke lubang
kemaksiatan seperti dulu. Kakak memutuskan hubungan ini bukan tanpa alasan,
tapi Kak Amar belum bisa menjelaskannya secara langsung. Hari minggu besok,
Kakak titipkan sebuah buku untuk Dinar di Ita. Ambillah dan bacalah!Semua
alasan sudah tertuang dibuku tersebut. Kak Amar harap Dinar tidak membenci
kakak. Percayalah Dik, Allah sayang sekali dengan kita. Dinar percaya kan bahwa
tulang rusuk tidak akan tertukar? Jika memang Dinar adalah jodoh kakak, pasti
Allah akan menemukan kita disaat yang tepat dan lebih indah tanpa maksiat. Jaga
diri baik-baik disana. Kakak disini insyaAllah baik-baik juga, Assalamualaikum.
“sebuah pesan terakhir yang diberikan Kak Amar untuk Dinar.
Matanya
sembab sekali gara-gara menangisi hal itu. Dinar bergegas mengambil buku yang
dititipkan di Ita. Dibukanya buku yang dibungkus kertas coklat polos itu. “Udah
Putusin Aja!” judul dari buku tersebut. Dibacanya dengan seksama buku karangan
Ustadz Felix Siaw. Butiran bening kembali turun dari wajah mungilnya. Semakin
banyak halaman yang ia baca,tangisnya semakin meledak. karena merasa di tampar
oleh kalimat-kalimat yang tertuang di buku tersebut. Salah satu yang membuat ia sadar betapa
rendahnya harga diri wanita ketika pacaran adalah saat menikmati apa yang bukan
menjadi hak kita. Saat diri lebih mencintai ciptaan-Nya dari pada Sang Pencipta.
Saat pikiran hanya dipenuhi tentang dia bukan Allah atau keluarga. Ya. Pacaran
itu ibarat korupsi. Nampaknya
buku tersebut benar-benar meluluhkan hati mereka berdua.
”Astagfirullahaladzim dosaku..! Ya Allah maafkan
aku!” sesalnya sambil mengusap pipi yang basah dengan air matanya itu. Sekejap
ia langsung mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat.
*****
Akhir Agustus 2013, Dinar Kusuma Ningsih
resmi menjadi ketua ROHIS di sekolahnya. Ini adalah mimpi yang diidam-idamkannya setahun yang
lalu. Kini mimpinya benar-benar terwujud. Jabatan tersebut mampu menguatkannya menapaki
jalan yang benar menuju syurga Allah. Baginya dengan menjadi ketua ROHIS bisa
menjadi ladang dakwah untuknya. Menyibukkan dirinya di dalam kegiatan-kegiatan
positif. Disisi lain ia mempunyai kedudukan dobel. Ya. Selain menjadi ketua
ROHIS ia juga dipercaya menjadi ketua English Club di sekolahnya. Kedua eskul
tersebut benar-benar bisa membuatnya
lupa dengan beribu kenangannya dulu. Hanya tinggal fokus untuk memperbaiki
dirinya. Dinar percaya bahwa wanita baik juga untuk laki-laki baik juga. Dinar
juga yakin ketika kita memperbaiki diri maka jodoh kita disana juga sedang
memperbaiki diri juga.
Komentar
Posting Komentar