Adab Pergaulan Ikhwan Akhwat
Akhir-akhir
ini terkadang dalam pergaulan antara akhwat dan ikhwan mulai terjadi
pelanggaran-pelanggaran batas-batas pergaulan. Misalnya seorang ikhwan
yang berbicara sangat dekat dengan seorang
akhwat,
atau dua aktivis rohis yang belainan jenis kelamin sering berjalan
berduaan sehingga tampak seperti orang pacaran dan bahkan ada yang
mengira mereka pasangan suami istri. Hal ini tentu meresahkan kerena
selain dapat merusak kinerja dakwah bahkan dapat timbul fitnah seperti
di atas.
Pelanggaran batas-batas pergaulan ini biasanya disebabkan karena hal-hal di bawah ini:
1. Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan dan akhwat.
2. Sudah mengetahui namun belum memahami.
3. Sudah mengetahui namun tidak mau mengamalkan.
4. Sudah mengetahui dan memahami namun tergelincir karena lalai.
Dan
bisa jadi kejadian itu disebabkan karena kita masih sibuk menghiasi
penampilan dengan jilbab lebar warna-warni atau dengan janggut dan
celana yang mengatung, namun kita lupa menghias akhlak. Kita sibuk
berhiaskan simbol-simbol Islam namun lupa substansi Islam. Kita berkutat
mengahafal materi Islam namun tidak fokus pada tataran pemahaman dan
amal.
Sesungguhnya
panggilan ‘ikhwan’ dan ‘akhwat’ adalah penggilan persaudaraan yang
artinya saudara laki-laki dan saudara perempuan. Namun di ruang lingkup
aktivis rohis, panggilan itu biasanya ditujukan untuk orang-orang yang
berjuang menegakkan agama-Nya, yang Islamnya shahih, syamil, lurus
fikrahnya dan akhlaknya baik. Atau bisa dikonotasikan dengan jamaah.
Maka tidak heran bila terkadang dipertanyakan ke-’ikhwanan’-nya atau
ke-’akhwatan’-nya bila belum bisa menjaga batas-batas pergaulan (hijab)
ikhwan akhwat.
Menjaga
pergaulan dengan lawan jenis memang bukanlah hal yang mudah karena
fitrah laki-laki adalah mencintai wanita dan begitulah sebaliknya. Hanya
dengan keimanan yang kokoh dan mujahadah sajalah yang membuat seseorang
dapat istiqomah menjaga batas-batas ini.
Berikut
ini adalah contoh-contoh pelanggaran yang masih sering terjadi yang
dikhawatirkan dapat memicu timbulnya virus merah jambu sehingga
meningkat sampai tahap pacaran :
- Pulang berdua, contoh usai rapat rohis karena pulang ke arah yang sama maka akhwat pulang bersama ikhwan berdua saja.
- Rapat berhadap-hadapan, hal seperti ini sangatlah cair dan rentan timbulnya ikhtilath (pencampuradukan ikhwan dan akhwat).
- Tidak menundukkan pandangan, karena bisa saja dapat menimbulkan zina mata. Bukankah ada ungkapan dari mata turun ke hati?
- Duduk/jalan berduaan, hal ini dapat menimbulkan fitnah dari orang lain sekalipun sebenarnya alasan berduaan karena berdiskusi namun tetap saja tampak seperti orang pacaran.
- "Men-tek" untuk menikah, ada pula ikhwan yang belum lulus kuliah men-tek seorang akhwat untuk menikah dengan alasan takut keburu diambil (dikhitbah/dinikahi) orang lain padahal tak jelas juga kapan menikahnya.
- Menelpon yang tidak penting, menelpon dan mengobrol tak tentu aarah padahal tidak ada nilai urgensinya atau tidak ada hubungannya dengan urusan dakwah.
- SMS tidak penting, saling berdialog via SMS mengenai hal-hal yang tak ada kaitannya dengan dakwah sampai-sampai pulsa habis sebelum waktunya.
- Berbicara mendayu-dayu, contoh ucapan akhwat seperti "duh si akhi kamu bisa aja deh,,," dengan nada terdengar manja dan disertai dengan tertawa kecil.
- Bahasa yang terlalu akrab, misalnya seperti bahasa SMS yang terlalu akrab seperti "oke deh Pak Fulan, yang penting rapatnya lancar khan. Kalau gitchu ga usah ditunda lagi yach ok dech. CU ^_^". Meskipun sudah beraktifitas bersama, ikhwan dan akhwat bukanlah pasangan suami istri yang bisa mengakrabkan diri karena bahasa SMS seperti ini dapat menimbulkan bekas di hati pengirim dan penerima SMS.
- Curhat, curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian timbul permainan hati seperti virus merah jambu yang bisa mengganggu tribulasi dakwah.
- Chatting yang tidak urgent, chatting dengan YM misalnya, boleh-boleh saja hanya saja bila pembicaraannya melebar dan menyimpang dari fokus dakwah, khalwat (berduaan) virtual bisa saja terjadi.
- Bercanda ikhwan dan akhwat, ikhwan dan akhwat bercanda berdua sambil tertawa-tawa. Bahkan mungkin karena terlalu banyak syaitan, sang akhwat hampir saja mencubit lengan sang ikhwan.
Lalu
bagaimana adab pergaulan ikhwan akhwat yang seharusnya? Berikut ini
adalah adab-adab pergaulan dengan lawan jenis yang bukan muhrim (saudara
sedarah):
- Harus menutup aurat yakni seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan untuk wanita dan dari pusar hingga lutut untuk pria. Hanya saja syarat-syarat penutup aurat untuk wanita yaitu kain tidak boleh tipis, tidak boleh tembus pandang, tidak boleh ketat, dan tidak boleh menyerupai pakaian laki-laki. Dan yang paling penting kerudung harus bisa menutup dada.
- Menundukkan dan menjaga pandangan bila berpapasan dengan lawan jenis, bila berbicara juga harus menjaga pandangan. Namun tidak harus selalu menundukkan muka ke tanah ketika berjalan sampai-sampai menabrak dinding. Mungkin dapat disiasati dengan melihat ujung-ujung jilbab atau dengan mata semu / samping.
- Ketika berbicara dengan lawan jenis harus yang tegas namun tidak dengan nada membentak dan tidak pula mendayu-dayu. Yang penting lawan bicara mengerti apa yang kita ucapkan.
- Tidak berdua-duaan (khalwat). Rasulullah SAW bersabda "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang bukan mahramnya, karena yang ketiga adalah syaitan." (HR. Rahmat). Berdua-duaan dengan lawan jenis sangat berbahaya karena yang ketiganya adalah syaitan yang dapat menggoda untuk membuat ikhwan dan akhwat yang berdua-duaan melakukan hal yang mendekati zina. Bila berinteraksi alangkah baiknya lebih dari dua orang serta yang diperbincangkan tidak bersifat pribadi atau hal-hal lain seperti curhat.
- Berdialog baik dengan bicara langsung maupun via telpon atau SMS hanya yang penting-penting saja dan sebisa mungkin berhubungan dengan urusan dakwah serta tidak terlalu sering.
- Menggunakan hijab bila sedang rapat yang diikuti ikhwan dan akhwat. Selain untuk menjaga pandangan dan konsentrasi, juga menghindari ikhtilath (bercampur baur). Bila belum mampu menggunakan hijab, dibuat jarak yang cukup antara ikhwan dan akhwat. Selain itu rapat juga tidak boleh diadakan sampai malam mengingat biasanya ada jam malam untuk akhwat.
Penutup:
Di
dalam Islam, pergaulan laki-laki dan perempuan sangatlah dijaga.
Kewajiban berjilbab, menundukkan pendangan, tidak khalwat (berduaan),
tidak ikhtilath (bercampur baur), tidak tunduk dalam berbicara
(mendayu-dayu), dan dorongan Islam untuk segera menikah, itu semua
adalah penjagaan tatanan kehidupan sosial muslim agar terjaga kehormatan
dan kemuliaannya.
Kehormatan
seorang muslim sangatlah penting dipelihara di dalam Islam,
sampai-sampai untuk mendekati zinanya saja sudah dilarang. Seperti yang
difirmankan Allah dalam Surat Al Isra 32 “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”.
Pelanggaran-pelanggaran yang disebutkan di atas dapat dikategorikan
kepada hal-hal yang mendekati zina karena jika dibiarkan, bukan tidak
mungkin akan mengarah pada zina yang sesungguhnya, na’udzubillah.
Maka, bersama-sama kita saling menjaga pergaulan ikhwan akhwat. Agar tidak terjerumus ke dalam kategori yang mendekati zina.
sumber : http://ar-risalahpgri.blogspot.co.id/2013/06/adab-pergaulan-ikhwan-akhwat.html#_
Subhanallah...
BalasHapus