Udah Putusin,Aja!
Oleh Diah Ayu Hidayah
Harum bunga mawar putih yang di tanam di pinggir
halaman terberai terbawa angin sampai ke penciumannya. Menghadirkan ketenangan
yang menggugah jiwa-jiwa labil di pagi hari. Meja belajar yang tertata begitu
rapi dan novel karya Tere Liye berdiri di sudut-sudutnya. “Dia itu seperti air
bah! Melibas begitu saja dan dimana saja. Ia datang tak pandang waktu apalagi
tempat. Ia hadir mengobati koyakan luka yang menganga, membuat sedih menjadi
senang, lelah menjadi bersemangat. Ya. Aku sebut itu adalah cinta.” Anna
menorehkan tinta curahan hatinya di diary pink bergambar hello kitty. Setiap
akan mengakhiri curhatan di buku diarynya, ia selalu menyelipkan rangkaian kata
indah di penghujung buku dengan tinta warna-warni.
“Eh ciee..! Untuk Abang Furqon terkasih, kuharap
kelak kau sempat membaca tulisan ini, hahaha…!” tiba-tiba datang Vinny, sahabat
kecil Anna yang langsung merebut buku diarynya sambil dibaca keras sekali.
“Weee..! Ngawur lu, Vin..! Bawa sini nggak!
Viiiiiinnnnyy..! Stop! Emak gue denger mampus dah gue!” Anna berusaha merebut
kembali bukunya. Dengan raut muka yang melas dan jari telunjuk yang ia
tempelkan di bibir, tanda menyuruh V inny untuk mengecilkan volume suaranya
akhirnya Vinny mengembalikan buku rahasia Anna itu.
“Vin…?”
“Ya, kenapa? Seetdaah! Tuh muka kenape? Tumpahkan
semua padaku,An! Siap jadi tumpahan curhat! Ngahaha.” jawab Vinny sedikit
meledek.
“Gue heran sama Bang Furqon,Vin. Semenjak kuliah
di Unila entah kena samberan apa ya dia ini, kok bisa-bisanya berubah drastis,Vin!
Liat gue,Vin! DRASTIIIS..!”Anna meyakinkan. “Lu liat sekarang gayanya! Kalo sms
gue sekarang ngomongnya pake Ana,Antum, Ana ,Antum! Padahal dia itu jurusan
Agroteknologi bukan Pendidikan Bahasa Arab! Gak cuma itu, sekarang dia
berjenggot,Vin! Hiyuuuh..padahal gue paling anti deh sama cowok begitu!
Sekarang juga dia gak pernah tuh Vin ngucapin selamat tidur atau tanya udah makan
belum? Asli! Beeeedaa banget,Vin!” Anna membombardir Vinny dengan luapan peluru
keluh kesahnya. Vinny yang nampak serius mendengarkan sahabat kecilnya
bercerita, sesekali ia memanggut-manggut seolah benar-benar memahami perasaan
Anna.
“Heem..jangan
su’udzon dulu,An! Lu, liat tak? Pak Amar tetangga kita? Udah sholeh, pinter
ngaji, ramah, pokoknya idaman banget dah! Tapi sayang, udah tua hiehehe.”“Terus maksudmu apa,Vin?” Anna merebahkan tubuh mungilnya di pundak Vinny.
“Ya, Lu itu harusnya seneng kalo Bang Furqon begitu. Loh, bisa jadi dia kayak Ustadz Amar, week ” Vinny sedikit menghibur.
Secarik rindu terus bertengger di hati Anna.
Rindu-rindu cinta yang ia kumpulkan selama dua tahun ini. Rindu yang sudah
akut, mengalahkan sakitnya kanker stadium empat hehe. Si cantik berkulit sawo
matang, berlesung pipi dan matanya lentik, aduhaii cantik memang! Ia terus
berusaha menghubungi Bang Furqon.
''I miss you,Abangku tercinta!'' Anna mengetik sebuah pesan singkat untuk Bang Furqon. Bibirnya sesekali menyunggingkan senyuman sambil menatap harap di layar HP. Menunggu balasan dari Bang Furqon,yang katanya kekasihnya.
''An...besok bisa ketemu di perpustakaan daerah?'' Bang Furqon membalas SMS Anna.
''Iya,Bang. Jam berapa?''
''Jam sembilan pagi. On time ya! Dateng sendiri nggak usah bawa kawan!''
*****''I miss you,Abangku tercinta!'' Anna mengetik sebuah pesan singkat untuk Bang Furqon. Bibirnya sesekali menyunggingkan senyuman sambil menatap harap di layar HP. Menunggu balasan dari Bang Furqon,yang katanya kekasihnya.
''An...besok bisa ketemu di perpustakaan daerah?'' Bang Furqon membalas SMS Anna.
''Iya,Bang. Jam berapa?''
''Jam sembilan pagi. On time ya! Dateng sendiri nggak usah bawa kawan!''
Sang mentari pagi ini malu-malu untuk muncul.
Menyembunyikan rapat-rapat sinar terangnya. Butiran air mulai menetes dari
langit. Tak seberapa deras namun kilatan petirnya begitu mencengangkan!
''Bang, tunggu! Di sini masih hujan!'' Anna mengirim SMS.
Sekitar sepuluh menit tak juga ia dapati HP nya berdering. Khawatir sekali Bang Furqon marah karena ia terlambat.
''Bang! Bang Furqoooon!!! Tunggu!!!'' teriak Anna mengejar Bang Furqon yang hendak pergi dari tempatnya menunggu. Dilepasnya sepatu highheels yang ia kenakan, lalu berusaha mengimbangi langkah Bang Furqon yang terus berjalan.
''Wooy…,Bang! Dipanggilin juga,hu!'' dengan nafas terengah-engah akhirnya Anna berhasil menghentikan langkah Bang Furqon.
''Anna???''
''Ya.Bang! Aku kangen sekali denganmu,Bang.'' ungkap Anna tanpa rasa sungkan.
''Kok cuma senyum sih,Bang!!'' protes Anna menanggapi senyuman Bang Furqon.
''Abang mau bicara sesuatu!''
''Oh, ngomong aja! Ngomong aja!'' jawab Anna sedikit ketus.
'' An, kita sudah dua tahun pacaran ya? Hehe langgeng ya?''
'' Wehehe ya dong! Anna kan setia sama Abang.''
''Tapi An? Masa dua tahun pacaran kita gini-gini aja,sih?''
''Maksudmu,Bang?'' Anna menatap mendekati mata Bang Furqon.
''Mau nggak nyoba sesuatu yang baru??'' Bang Furqon menawarkan dengan wajah tertunduk gemetar.
''Maksudmu?? Ah..tidak! Tidaak!! Anna kira Abang ini sholih. Tapi ngajakin yang enggak-enggak!''Anna menghujat mati-matian Bang Furqon yang masih juga tertunduk.
''Loh??Kok kamu jadi mikir seperti itu,An? Haha ndak, ndak! Abang bukan menginginkan hal-hal seperti itu,bukan!'' Bang Furqon menjelaskan dengan lembut dan sabarnya. Tangan kanannya mencoba meraih tas yang ia taruh di belakangnya.
''Ini untukmu, An!'' Bang Furqon memberikan sebuah bungkusan kado berbalut kertas warna pink dan diikat juga dengan pita warna pink.
''Masyaa Allah,Bang! Untukku? Cantik sekali nampaknya. Makasih banyaaak Abangkuh tersayaang!''
Anna begitu kegirangan. Dalam hati tak sabar untuk segera membuka kado tersebut.
''Ssut! Buka aja di rumah! Abang pamit pergi, Assalamualaikum.''
''Walaikumsalam, makasih ya,Bang! Love you!'' dengan nada cempreng ia jawab sambil melambaikan tangannya ke arah Bang Furqon.
''Bang, tunggu! Di sini masih hujan!'' Anna mengirim SMS.
Sekitar sepuluh menit tak juga ia dapati HP nya berdering. Khawatir sekali Bang Furqon marah karena ia terlambat.
''Bang! Bang Furqoooon!!! Tunggu!!!'' teriak Anna mengejar Bang Furqon yang hendak pergi dari tempatnya menunggu. Dilepasnya sepatu highheels yang ia kenakan, lalu berusaha mengimbangi langkah Bang Furqon yang terus berjalan.
''Wooy…,Bang! Dipanggilin juga,hu!'' dengan nafas terengah-engah akhirnya Anna berhasil menghentikan langkah Bang Furqon.
''Anna???''
''Ya.Bang! Aku kangen sekali denganmu,Bang.'' ungkap Anna tanpa rasa sungkan.
''Kok cuma senyum sih,Bang!!'' protes Anna menanggapi senyuman Bang Furqon.
''Abang mau bicara sesuatu!''
''Oh, ngomong aja! Ngomong aja!'' jawab Anna sedikit ketus.
'' An, kita sudah dua tahun pacaran ya? Hehe langgeng ya?''
'' Wehehe ya dong! Anna kan setia sama Abang.''
''Tapi An? Masa dua tahun pacaran kita gini-gini aja,sih?''
''Maksudmu,Bang?'' Anna menatap mendekati mata Bang Furqon.
''Mau nggak nyoba sesuatu yang baru??'' Bang Furqon menawarkan dengan wajah tertunduk gemetar.
''Maksudmu?? Ah..tidak! Tidaak!! Anna kira Abang ini sholih. Tapi ngajakin yang enggak-enggak!''Anna menghujat mati-matian Bang Furqon yang masih juga tertunduk.
''Loh??Kok kamu jadi mikir seperti itu,An? Haha ndak, ndak! Abang bukan menginginkan hal-hal seperti itu,bukan!'' Bang Furqon menjelaskan dengan lembut dan sabarnya. Tangan kanannya mencoba meraih tas yang ia taruh di belakangnya.
''Ini untukmu, An!'' Bang Furqon memberikan sebuah bungkusan kado berbalut kertas warna pink dan diikat juga dengan pita warna pink.
''Masyaa Allah,Bang! Untukku? Cantik sekali nampaknya. Makasih banyaaak Abangkuh tersayaang!''
Anna begitu kegirangan. Dalam hati tak sabar untuk segera membuka kado tersebut.
''Ssut! Buka aja di rumah! Abang pamit pergi, Assalamualaikum.''
''Walaikumsalam, makasih ya,Bang! Love you!'' dengan nada cempreng ia jawab sambil melambaikan tangannya ke arah Bang Furqon.
****
Sampai di rumah Anna segera masuk ke kamarnya. Ia kunci rapat-rapat agar Emaknya tak tahu kalau ia diberikan hadiah dari pacarnya. Tiba-tiba saja, sesakan tangis pecah. Pipinya terguyur dengan air mata. Ia masih memandangi bingkisan kado yang sudah ia buka dengan sangat hati-hati. Ya. Sebuah buku berjudul ''Udah Putusin Aja'' karya Ustadz Felix Siaw terpampang jelas di depannya. Juga sehelai surat yang diselipkan di rentetan halaman buku.
Sampai di rumah Anna segera masuk ke kamarnya. Ia kunci rapat-rapat agar Emaknya tak tahu kalau ia diberikan hadiah dari pacarnya. Tiba-tiba saja, sesakan tangis pecah. Pipinya terguyur dengan air mata. Ia masih memandangi bingkisan kado yang sudah ia buka dengan sangat hati-hati. Ya. Sebuah buku berjudul ''Udah Putusin Aja'' karya Ustadz Felix Siaw terpampang jelas di depannya. Juga sehelai surat yang diselipkan di rentetan halaman buku.
''Untuk Anna Ubaidillah...
Maafkan Abang. Semoga dengan buku ini bisa menjawab semua pertanyaan yang ada dalam hati Anna. Pun alasan-alasan Abang memutuskan Anna, semua sudah terjawab di buku ini. Anna...maafkan Abang. Abang kan terus berdo'a semoga Allah mempertemukan kita di jalan dan lingkaran yang benar. Tentunya, bukan lewat pacaran. Abang salah selama ini. Maafkan Abang An..! Abang hanya ingin menjagamu, menjaga kehormatan dan izzahmu sebagai perempuan, menjagamu,An! Bukan merusakmu dengan maksiat seperti ini. Sekali lagi maafkan Bang Furqon.''
Galau itu wajar, tapi berlama-lama dalam kegalauan akan menjadikan dirimu semakin lemah. Dua bulan setelah Bang Furqon mantap memutuskan hubungan dengan Anna. Kini Anna memulai kehidupan barunya sebagai mahasiswa. Mimpi besarnya tercoret sudah. Ya. Anna diterima di Fakultas kedokteran UGM dan hari ini adalah hari pertamanya OSPEK. Kakak-kakak panitia menyebutnya dengan istilah PPSMB ‘Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru.
Komentar
Posting Komentar